Sabtu, 23 November 2019

Jnagan Lewatkan Dua Ekor Dugong Ditemukan Mati Tersangkut Jaring Nelayan di Ur Pulau

Dua ekor dugong diketemukan mati di perairan samping barat Ur Pulau, Kepulauan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Pada Minggu (20/10/2019) kira-kira waktu 16. 00 WIT, Amus Rumheng, nelayan asal Ur Pulau menjaring ikan dengan jaring benang memiliki ukuran lebar mata 3 inch serta memasangnya ditengah-tengah laut. 

Keesokannya, Senin (21/10/2019) , waktu 06. 00 WIT, nelayan itu kembali mengecek jaringnya, serta tiada menyengaja dia menyaksikan dua ekor dugong telah andil. Dia lalu menaikan jaringnya serta menyaksikan dua ekor satwa itu telah dalam situasi mati dengan sejumlah cedera di bagian tubuhnya.

Lalu ia bawa dua ekor dugong ke pesisir Ur Pulau serta mengharap dukungan satu diantara rekanannya melapor ke lembaga berkaitan biar dilakukan tindakan.

“Kalau makhluk itu masih hidup telah saya terlepas, tetapi sayangnya telah mati. ” Kata Amus dalam luncurkan yang diterima Mongabay Indonesia dari Seto, satu diantara petugas kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam  (BKSDA) Maluku, Selasa (23/10/2019) .

Laporan yang diterima, kata Seto, lalu dilakukan tindakan Justinus Yoppi Jamlean, Kepala Resort KSDA Tual bersama-sama Pangkalan PSDKP Tual, Dinas Perikanan Maluku Tenggara serta WWF-Indonesia ke tempat insiden. Seusai meniti perjalanan lebih kurang 1 jam ke tempat, club yang di pimpin Resort KSDA Tual, lalu mengevakuasi dua ekor dugong itu.

baca : Seekor Dugong Terjaring di Flores Timur serta Akan Dikonsumsi. Kok Dapat?




Dua ekor dugong mati sebab terlilit jaring nelayan di Ur Pulau, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Photo : Brian Rayangki/ WWF Indonesia


Tetapi sebelum dikerjakan pemusnahan pada bangkai dugong, lebih dini mereka melaksanakan pemungutan data morfometri serta interview alur insiden. Disangka dua ekor dugong itu adalah induk betina serta anak jantan, dengan ukuran semasing 260 cm serta 207 cm.

Andreas Hero Ohoiulun, Proyek Executif WWF Indonesia–Inner Banda Arc Subseascape dalam luncurkan itu pun ungkap, setidaknya perairan Kepulauan Kei yakni rumah yang kaya beragam macam spesies laut yang indah serta kharismatik.

Termasuk juga spesies laut yang langka serta dilindungi seperti penyu, paus, lumba-lumba, dugong serta yang lain. Kehadiran spesies langkah serta dilindungi di Kepulauan Kei, katanya, berubah menjadi kemampuan buat tingkatkan peningkatan bidang pariwisata bahari.

Olehnya, lanjut Andreas, memerlukan penambahan pengetahuan serta kesadaran penduduk akan utamanya kehadiran serta kelestarian spesies-spesies langkah yang dilindungi.

“Perlu kerja sama serta kepedulian seluruh pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Wilayah, Tokoh Rutinitas, Tokoh Penduduk, Tokoh Agama serta Organisasi Perduli Lingkungan yang lain, ” tukasnya.
Simak Juga : 1 inch berapa cm

Dua ekor dugong mati terlilit jaring nelayan di Ur Pulau, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Photo : Brian Rayangki/ WWF Indonesia


Kehadiran Duyung

Syarif Y. Hadinata, Jabaran Social Development Officer WWF Indonesia-Inner Banda Arc Subseascape pada Mongabay Indonesia, Kamis (24/10/2019) mengemukakan, Duyung atau Dugong dugong adalah mamalia laut herbivor pemakan lamun, terpenting dari style Halophila serta Halodule.

“Mereka cuma satu spesies dari famili Dugongidae, serta satu dari empat spesies dalam ordo Sirenia (Marsh et al. ,  1978) , ” tukasnya.

Di Indonesia, kata Syarif, habitat duyung menyebar dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku, sampai Papua. Tetapi, walau menempati hampir semua pelosok nusantara, menurut Salm et al (1982) , jumlahnya populasi duyung di Indonesia amat rendah.

Pada tahun 1970, papar ia, diprediksikan jumlahnya duyung di Indonesia raih 10. 000 individu. Sedang, pada tahun 1994, populasi duyung diprediksikan tinggal 1. 000 individu. Meskipun sebenarnya, lewat cara hukum, duyung dilindungi lewat UU No. 5/1990 mengenai Konservasi Sumber Daya Resapi serta Ekosistemnya serta UU No. 31/2004 mengenai Perikanan.

Pada rasio internasional, duyung tercatat dalam Global Red Daftar of The International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status Vulnerable to Extinction, atau mudah teradap kepunahan.

Menurut dia, duyung tersebut dalam Appendix I The Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) . Berarti, bagian badan duyung tidak bisa diperjual-belikan berbentuk apa pun.
Artikel Terkait : 1 liter berapa kg

“Terlepas dari aturan hitam di atas putih, hidup duyung di perairan negeri kita belum pula terjamin. Undang-undang tak serentak memberikan efek baik buat populasi duyung di Indonesia, ” tukasnya.

butuh dibaca : Masyarakat Seram Potong-potong Dugong Mati Terdampar, buat Mengonsumsi?




Proses evakuasi dua ekor dugong oleh beberapa lembaga berkaitan di Ur Pulau, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Photo : Brian Rayangki/ WWF Indonesia


Pada 22-28 Desember 2016 lalu, lanjut ia, WWF-Indonesia melaksanakan Studi Sebaran serta Ultimatum Dugong serta Habitat Lamun di Perairan Kepulauan Kei. Dengan ambil sudut pandang penduduk Desa Dian Pulau, Tetoat,  Wirin, serta Sitniohoi di Pulau Kecil, studi ini nyata-nyatanya ungkap hasil yang memprihatinkan.

Hidup duyung masih menjumpai beragam ultimatum yang tinggi, baik dari hal alam atau antropogenik (hal manusia) . Dari hal manusia, pemburuan duyung masih bisa didapati di beberapa tempat, dimana mereka selayaknya dijaga.

Di daerah yang disahkan jadi daerah konservasi lewat Ketentuan Menteri Kelautan serta Perikanan Republik Indonesia No. 6/KEPMEN-KP/2016 pada 5 Februari 2016, tukasnya, duyung masih diamankan baik buat mengonsumsi sampai diperjual-belikan.

Ia merinci sejumlah empat dari lima duyung yang tertangkap pada tahun 2016 yakni hasil sambilan (bycatch) dari nelayan pemakai jaring, sedang satu individu dikerjakan penangkapan lewat cara menyengaja.

“Kalau populasi duyung terus mengalami penurunan, berapakah banyak duyung yang masih ada di tahun kedepan, ” pungkasnya.

Berkaitan dugong mati terpedaya jaring nelayan di Ur Pulau, diakui dia, itu bycatch atau tangkapan sambilan. Tetapi buat tahu lebih tentu yang memicu kematian mesti dikerjakan neokropsi.

Tetapi, katanya, sebab situasi di lapangan tak ada dokter hewan hingga tak dikerjakan neokropsi. “Kita cuma dapat menerka untuk beberapa umumnya, ” tukasnya.

Menurut dia, dugong adalah mamalia yang bernafas dengan paru-paru. Jadi, ia mesti nampak ke permukaan buat hirup oksigen. Tetapi disaat andil di jaring, ruangan geraknya terbatas di di air serta tak dapat naik ke permukaan buat bernafas.

“Bisa jadi itu yang memicu kematiannya. Dalam proses evakuasi, dikerjakan pemusnahan secara mengubur bangkainya di sekitaran Ur Pulau, ” papar ia.

menarik dibaca : Miris…Dugong Mati Terdampar di Polman, Justru Di jual buat Mengonsumsi




Proses penguburan dudong oleh lembaga berkaitan dibantu masyarakat lebih kurang Ur Pulau. Photo : Brian Rayangki/ WWF Indonesia


Perhatian

James Abraham, Pengamat dari Fakultas Pengetahuan Kelautan Kampus Pattimura Ambon mengemukakan, kalau dalam berita kematian dugong sebab tertangkap dengan jaring insang terbenam (drift gill net) , musti mendapatkan perhatian dari beragam faksi, pasalnya mamalia itu adalah satu diantara sumber daya laut yang dilindungi, bahkan juga pakannya mesti dijaga serta dilestarikan.

“Terkait dengan keputusan perlindungan, langkah strategis yang wajib dikerjakan yakni bagaimana memetakan beberapa lokasi jalan ruaya duyung. Sebab duyung ada ke satu perairan dikarenakan keperluan makanan, ” tukasnya pada Mongabay Indonesia, Kamis (24/10/2019) .

Langkah strategis ini pun, kata James, butuh disosialisasikan ke penduduk di lokasi pesisir serta pulau-pulau kecil,  di Kepulauan Kei lewat cara privat serta Maluku biasanya.

Di lain bagian, katanya, pemakaian jaring insang terbenam mesti dikontrol ukuran mata jaringnya. Sedikitnya, ukuran bawah 3 inch mesti berubah menjadi langkah strategis buat mengatur tertangkapnya duyung dengan alat tangkap itu.

Pikiran-pikiran strategis yang wajib dikerjakan menurut dia yaitu, pertama publikasi mengenai peraturan serta utamanya perlindungan duyung buat kehidupan ekosistem pesisir serta laut, ke dua penambahan kemampuan penduduk mengenai tanggapan pada sumberdaya laut yang dilindungi

Lalu ke-tiga, substitusi technologi penangkapan ikan yang ramah pada keberadaan duyung di perairan pesisir serta laut buat nelayan, dan ke empat kampanye perlindungan duyung serta jaga keberlanjutan pakannya.

“Saya anggap itu beberapa langkah taktik ini yang wajib kita melakukan, ” tukasnya sambil mengatakan buat kampanye, Pusat Riset Pulau-Pulau Kecil, Lokasi Pesisir serta Wilayah Ketinggal Kampus Pattimura sesaat mengangkut Obyek Save the Dugongs, Please Keep of Seagrass.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar