Senin, 09 Desember 2019

Yuk Intip Portofolio Karya Siswa Diusulkan Jadi Pengganti

Banyak pemerhati pendidikan mengajukan beragam cara pelajari yang dipandang pas jadi substitusi ujian nasional apabila UN jadi dihapus. Satu diantara yang nampak merupakan pemaparan portofolio hasil karya siswa sepanjang mengenyam pendidikan.

Menurut pengamat pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (Pintar) , Indra Charismiadji, di waktu depan, anak mesti disediakan buat membuat pekerjaan, bukan jadi pekerja. Apabila arahnya kesana, ia menilainya bentuk pelajari hasil belajarnya merupakan portofolio.

“Karya ia sepanjang kelas I-XII dihimpun serta dipertunjukkan. Kelak, mereka jelaskan apa yang ditampakkan portofolio itu, ” kata Indra seperti dimuat Koran Tempo, Sabtu, 30 November 2019.


Ads by Kiosked
Menurut Indra, anak mesti disediakan buat membuat apa, terkait bakat dan minat mereka. Dapat berbentuk permainan, lagu, tarian, robot, buku, animasi, maupun hasil kajian.


Indra memberikan contoh, siswa dapat dikasih pekerjaan memaparkan apakah itu benda padat, cair, serta gas, lewat suatu karya yang dapat berbentuk video, animasi, atau permainan. Apabila ia dapat memaparkan secara baik lewat karya itu, tidak butuh ada ujian.

“Kalau butuh pemberian nilainya didasarkan pada penilaian publik juga. Berapakah jumlahnya viewers-nya, semisalnya. Ini belajar kerjasama, komunikasi, serta kreatifitas, ” katanya.

Indra memaparkan, pada evaluasi berbasiskan project, guru tidak bertindak jadi pengajar, akan tetapi fasilitator. Guru dapat berikan rintangan pada siswa buat terus membuat project jadi teknik menilai hasil evaluasi. Teknik begitu ditempatkan di beberapa negara, salah satunya Singapura.

Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan sedang memperdalam ide pemupusan ujian nasional. Satu orang petinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Fundamen serta Menengah Kementerian Pendidikan dan satu orang anggota staf teristimewa menteri turut membedah masalah ini bersama-sama Tubuh Standard Nasional Pendidikan (BSNP) pada Selasa saat kemarin.

Ketua BSNP, Abdul Mu’ti, menuturkan pertemuan itu membicarakan masalah pelajari kebijaksanaan serta peraturan buat tingkatkan kualitas pendidikan. “Kami mempelajari beragam skema pelajari, satu diantaranya masalah ujian nasional, ” kata Abdul. Walaupun belumlah ada ketetapan, ia pastikan lembaganya sepakat apabila ujian nasional dihapus.

Menurut pengamat pendidikan, Mohammad Abduhzen, apabila ujian nasional jadi dihapus, karena itu pelajari mesti kembali seperti yang udah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 terkait Skema Pendidikan Nasional di Clausal 57 serta 58.

Ada dua mode pelajari yang dapat dimanfaatkan. Pertama, kata Abduhzen, pelajari hasil belajar yang dijalankan oleh guru atau sekolah. Ke dua, pelajari buat pengontrolan kualitas nasional atau pemetaan yang dijalankan oleh instansi mandiri, seperti BSNP. Simak juga : portofolio adalah

Abduhzen memaparkan, pelajari hasil belajar dapat dijalankan lewat cara ujian serta non-ujian. Cara ujian dijalankan seperti ujian sekolah yang berjalan sekian lama ini. Dan cara non-ujian terprogram teristimewa, seperti perkuliahan. “Ketika semua SKS (unit credit semester) udah lulus, anak dapat dipandang tamat, ” ujarnya.

Ujian nasional sekian lama ini dipandang seperti teknik buat mengukur situasi pendidikan nasional. Apabila dihapus, pemetaan tidak butuh dijalankan tiap tahun. Serta, katanya, pelajari belajar sangat mungkin tak sertakan seluruhnya murid dengan cara nasional, cukup dijalankan tiap 3-4 tahun sekali.

Pengamat pendidikan yang lain, Itje Chodijah, menyebutkan substitusi ujian nasional dapat dijalankan dengan beraneka assessment. Semisalnya, melaksanakan ujian serta pemantauan saat beberapa anak berdiskusi antar-sesama. “Ujian itu cuma diantara satu dari assessment. Banyak triknya, ” ujarnya.
Artikel Terkait : literasi adalah

Itje mengatakan, sepanjang waktu belajar dengan siswa, guru musti tanggap buat menilai hasil belajar. Triknya dapat dengan bermain. Saat bermain itu guru melaksanakan pemantauan. Hal semacam itu dapat dijalankan pada tiap-tiap minggu ke-4 edukasi.

Pada tiga minggu awal kalinya, guru berikan wawasan berkaitan tema ulasan. “Hasilnya kelak dihimpun hingga mereka akan berubah level. Saat ini teknik (evaluasinya) hanya ujian, ” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar