Rabu, 04 Desember 2019

Yuk Intip Bahasa pada Surat Dinas

Surat dinas adalah surat sah yang perlu gunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik. Penulis surat harus waspada ketika menulis supaya surat yang dicatat bisa menggambarkan kebolehan serta mutu pengetahuan si penulis. Bahkan juga, surat dinas adalah perwakilan dari diri orang yang menulis surat. Apabila diketemukan kekeliruan pada tulisan surat, diperkirakan warga bisa mencurigakan kebolehan petinggi kuasa yang tanda tangani surat itu.

Salah satunya soal yang perlu dikhususkan dalam tulisan surat adalah menentukan kata yang pas ataukah tidak berarti ganda. (ambigu) . Semisalnya, kata ingin serta kata jam. Kata ingin dapat berarti ‘suka’ serta dapat berarti ‘akan’. Oleh karenanya, tulisan yang pas adalah kata dapat, sama dengan kalimat, “Kegiatan ini dapat dijalankan pada”, bukan “Kegiatan ini ingin dijalankan pada”.
Simak juga : contoh surat dinas

Begitu halnya kata jam. Kata jam diperlukan untuk berpedoman pada benda atau dapat juga diperlukan untuk menjelaskan jangka waktu. Oleh karena itu, untuk menjelaskan waktu pada tulisan surat, diperlukan kata waktu. Aplikasi kata waktu bisa disaksikan pada kalimat, “Pukul berapakah saat ini? “ atau “Pukul berapakah acara itu diawali? ”.

Contoh yang lain, kata berbarengan. Kata berbarengan diperlukan jika ada yang dilampirkan pada surat. Namun, bila tidak ada, bisa diperlukan kata lewat atau kata dengan. Ini ada pada paragraf pembuka, “Melalui surat ini”.
Artikel Terkait  : contoh proposal penelitian

Selain itu, dalam tulisan surat dinas harus dicegah pemakaian singkatan, terlebih untuk kata sebutan. Tulisan kata sebutan Bpk, Sdr, serta Sekcam adalah bentuk yang tidak pas serta dipandang kurang menghormati orang yang dipanggil/penerima surat. Tulisan yang benar adalah dengan tidak mempersingkat kata sebutan itu atau tuliskan lewat cara utuh kata Bapak, Saudara, serta Sekretaris Camat.

Perihal lain yang diketemukan jadi kekeliruan pada surat-menyurat adalah pemakaian isyarat baca pada singkatan nomor induk pegawai, atas nama, dengan alamat, untuk beliau, dll, serta nomor surat. Banyak surat yang dicatat belum gunakan isyarat baca yang pas dalam tulisan singkatan itu. Ada yang gunakan titik dalam akhir singkatan, ada yang ditengah-tengah singkatan, bahkan juga ada yang tidak gunakan isyarat titik dalam gunakan singkatan. Perihal itu tentu belum sesuai sama peraturan tulisan singkatan.


Which 'TBBT' Star Has Aged The Best?
Untuk nomor induk pegawai, singkatan harus dicatat lewat cara pengekalan huruf pertama semasing kata, yakni NIP (tanpa ada diikuti isyarat titik) . Selain itu, singkatan atas nama, dengan alamat, serta lain lain dipersingkat dengan gunakan isyarat titik, yakni a. n. , d. a. , dan sebagainya. (tidak gunakan garis miring) .

Untuk tulisan nomor surat, bisa dicatat komplet, bisa dipersingkat. Kalau diperlukan bentuk singkat, sehabis No harus dikasih isyarat titik, yakni No. Selanjutnya, baru diikuti isyarat titik dua ( : ) . Tidak hanya itu, nama petinggi yang tanda tangani surat tak usah gunakan isyarat kurung atau dijepit dengan isyarat kurung, di antara nama jelas serta NIP pula tak usah digarisbawahi.

Terkait dengan perihal itu, penulis surat diwajibkan punyai pengetahuan dalam soal surat-menyurat. Penulis surat harus perhitungkan seperangkat peraturan yang telah diputuskan, seperti tata teknik tulisan huruf, tulisan kata, serta tulisan isyarat baca. Tidak hanya itu, kalimat yang diperlukan harus singkat, jelas, serta efisien. Yang terutama , kalimat harus punyai beberapa unsur satu kalimat, sekurang-kurangnya faktor subyek serta predikat.

Kalau segi ini dilalaikan, dapat nampak kesan-kesan negatif pada si penulis surat, semisalnya dipandang tidak cerdas bikin surat atau dipandang tidak cerdas berbahasa Indonesia. Bahkan juga, penilaian yang lebih tidak baik adalah kalau si pembuat surat dipandang berpendidikan rendah. Bahasa surat yang demikian dapat menjatuhkan harkat dari petinggi serta institusi penulis surat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar